Selasa, 16 April 2013

HERBISIDA DAPAT MEMATIKAN TANAMAN

Herbisida Sistemik Mematikan Tanaman Kakao

Herbisida adalah racun yang digunakan untuk memberantas gulma tanaman. Herbisida sistemik bekerja secara sistemik terhadap gulma terutama pada tahap purna tumbuh. Herbisida ini pada umumnya digunakan untuk membasmi gulma pada tanaman berumur panjang seperti Kakao, Karet, Kelapa dan tanaman lainnya tetapi tidak dapat digunakan pada tanaman pangan dan sayuran.

Pada gulma tanpa tanaman, herbisida ini sangat baik digunakan sebab kita tidak akan khawatir herbisida yang kita gunakan dapat mengenai tanaman, seperti pada alang-alang. Alang-alang yang telah dibasmi dengan herbisida jika ditanami tanaman pangan misalnya jagung, maka akan tumbuh sangat subur sebab akar alang-alang yang lapuk dapat menyuburkan tanaman. Dapatkah herbisida sistemik mematikan tanaman? Pengalaman penulis, herbisida ini pernah saya gunakan untuk membasmi gulma yang mengganggu tanaman kakao. Umur tanaman kakao tersebut berkisar antara empat hingga enam bulan. Tinggi tanaman kakao ini juga sangat bervariasi yakni antara 25 cm hingga 60 cm. Karena masih ada tanaman kakao yang tingginya sama dengan rumput, maka otomatis herbisida yang disemprotkan ke rumput akan mengenai daun tanaman kakao. Semula saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan tidak akan mematikan tanaman kakao. Selain itu, racun yang terbawa angin saat penyemprotan juga mengenai tanaman kakao dan menyebabkan tanaman mati.


Gambar 1. Tanaman kakao yang mati karena terkena herbisida


Bagaimana agar saat penyemprotan herbisida tidak mengenai daun/batang tanaman kakao. Langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
  1. Membersihkan rumput sekeliling tanaman kira-kira radius 30 cm – 40 cm dari tanaman.
    Gambar 2. Tanaman kakao yang sekelilingnya telah dibersihkan.
  2. Penyemprotan hendaknya dilakukan saat tidak terjadi angin kencang
  3. Pada saat menyemprot di dekat tanaman kakao, arah semprotan jangan diarahkan ke tanaman kakao tetapi sebaiknya membelakangi tanaman kakao, seperti gambar:
    Gambar 3. Arah penyemprotan saat mendekati tanaman kakao
    Cara ini dipastikan herbisida yang kita gunakan tidak mengenai tanaman kakao.

Gambar 4. Hasil penyemprotan yang dilakukan penulis dengan menggunakan langkah-langkah di atas.

Herbisida Kontak (racun kontak) dapat Mematikan Tanaman Pangan/Sayuran
Herbisida kontak bekerja tidak sistemik seperti halnya herbisida sistemik. Herbisida ini hanya membasmi gulma jika mengenai seluruh gulma itu. Misalnya jika gulma (rumput) yang dikenai herbisida kontak hanya sebagian saja pada 1 pohon, maka bagian lainnya tidak akan mati. Olehnya itu herbisida ini dapat digunakan untuk pemeliharaan tanaman pangan terutama jagung dan sayuran yang tidak merambat.

Pengalaman pertama penulis, saya menggunakan herbisida ini pada tanaman labu dengan dosis 100 ml/15 liter air. Karena mengenai daunnya, maka labu ini layu dan akhirnya mati. Selain itu waktu saya terapkan pada tanaman jagung dan pada saat saya melakukan penyemprotan kondisi angin sedikit kencang (dosis 75 ml/15 liter air), sebagian tanaman jagung layu (menguning) dan akhirnya mati. Akhirnya saya menggunakan dosis 50 ml/15 liter air bahkan hingga 25ml/15 liter air dan saya lakukan pada saat tidak ada angin kencang, cara ini pun masih sebagian masih mengenai tanaman jagung. Walaupun tanaman jagung tidak mati, tetapi sebagian layu karena kadang-kadang penyemprotan masih mengenai daun jagung.

Lalu, bagaimana caranya agar tanaman (jagung) tidak layu/mati saat dilakukan penyemprotan gulma? Cara yang saya gunakan adalah memagari kepala alat penyemprot (saya gunakan botol bekas air kemasan), seperti gambar berikut:



Alhamdulillah dengan cara ini dipastikan tidak ada tanaman herbisida yang mengenai tanaman (daun jagung). Selain itu, dengan cara ini kita dapat melakukan penyemprotan walaupun pada saat angin kencang.

Apakah yang membedakan Herbisida Sistemik dan Herbisida Kontak?
Menurut panduan yang tertera pada kemasan herbisida sistemik, penyemprotan dilakukan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan diperkirakan hujan tidak akan turun selama 6 jam sedangkan pada herbisida kontak, penyemprotan dapat dilakukan walaupun sesaat setelah penyemprotan terjadi hujan masih dapat dilakukan dan juga penyemprotan dapat dilakukan kapan saja termasuk malam hari.

Selain itu berdasarkan pengalaman yang dilakukan penulis, perbedaan lainnya adalah:
  1. Gulma yang disemprot dengan herbisida sistemik akan mati setelah sekitar 14 hari, sedangkan dengan menggunakan herbisida kontak, rumput akan mulai layu sekitar 15-30 menit dan mati total sekitar 1 – 2 hari.
  2. Herbisida kontak tidak memberantas tanaman alang-alang sedangkan herbisida sistemik sangat baik digunakan untuk memberantas alang-alang.
  3. Walaupun herbisida kontak dapat digunakan pada lahan tanpa tanaman untuk persiapan penanaman jagung/padi atau tanaman pangan/sayuran lainnya (Sistem Tanpa Olah Tanah), pemakaian herbisida hendaknya diulang jika matinya gulma tidak merata sedangkan pada herbisida sistemik, perlakuan cukup satu kali saja.
  4. Herbisida sistemik tidak dapat digunakan untuk pemeliharaan tanaman pangan/sayuran yang tidak merambat sedangkan herbisida kontak sangat cocok digunakan.
  5. Penggunaan herbisida sistemik untuk pemeliharaan tanaman kakao harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai daun, sedangkan pada herbisida kontak, yang dilakukan penulis tidak mematikan tanaman kakao (dosis yang digunakan 25 ml/15 liter air), dan masih banyak lagi perbedaannya.
Bagi Anda yang belum menggunakan herbisida (racun rumput) dan yang ingin menggunakannya, silakan mencoba semoga berhasil.

Jumat, 23 Desember 2011

HAMA DAN PENYAKIT

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

“Bu, daun Carmen-nya kok ada bercak kuningnya ya?"

Tentu tidak enak rasanya bila pembeli di nursery Anda merasa kecewa dengan aglaonema pilihannya. Sebagai calon pemilik nursery, hal tersebut merupakan persoalan yang patut dihindari. Anda perlu memperluas wawasan tentang hama, penyakit, dan hal lainnya yang dapat menurunkan kualitas aglaonema. Berikut adalah jenis-jenis hama dan penyakit lainnya.

A.HAMA
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda.. Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri.

1. Kutu Putih/Kutu Kebul
Kutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding dengan di dataran tinggi. Kutu putih whitefly ini dapat ditemukan di batang dan daun bagian bawah. Kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun.

Hal ini dapat ditanggulangi dengan membersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan insektisida encer. Setelah itu, daun disemprotkan kembali dengan insektisida. Insektisida kontak atau sistemik yang bisa digunakan, seperti mitac 200 EC dosis 1-2 ml/l, Decis 1 cc/l, dan Cofidor 200 SL dosisi 1 ml/l.

2. Ulat
Hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp., ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir. Ada juga ulat yang menyerang batang, yaitu noctuidae. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan menggambil ulat secara mekanis.

Namun, bila jumlahnya sudah banyak, ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali. Insektisida yang dapat digunakan adalah Decis 25 EC 0,5-1 ml/l, Atabron 1 ml/l, atau Buldok 25 EC dosis 0.5-2 ml/l.

3. Belalang
Gejala penyerapan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun-belalang tidak bisa terbang dengan sayap basah.
Anda juga dapat menyemprotkan Confidor 200 SL dosis 1 ml/l. Campurkan Decis 2,5 EC dosis 0,75-1 ml/l dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali.

4. Kutu Perisai
Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang punggung perisai daun, Sesuai namanya, kutu ini memiliki bentuk fisik seperti pada bagian punggungnya. Kutu perisai diatasi dengan menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

5. Root Mealy Bugs
Hama ini menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih. Tanaman menjadi kurus, kerdil daunnya mengecil dan layu. Anda dapat menanggulangainya dengan mengganti media tanam. Selain itu, gunakan insektisida Confidor 200 SL dosis 0,5-0,75 ml/l atau Supracide 25 WP dosis 1-2 g/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.

6. Kutu Sisik
Menyerang bagian daun, pelepah, batang, dan bunga. Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati. Bersihkan kutu sisik dengan cara dikerik.
Anda juga dapat menyemprotkan insektisida Confidor 200-SL atau Agrimex 18 EC dosis 1 ml/l dengan frekuensi 1 minggu sekali.

B. PENYAKIT
Penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit umumnya lebih banyak dibanding bakteri. Bagian tanaman yang terkena bakteri biasanya mengeluarkan bau tidak sedap.

1. Busuk Akar
Penyakit ini ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, serta akarnya berwarna coklat kehitaman. Busuk akar disebabkan karena media yang terlalu lembap sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembang. Tanggulangi busuk akar dengan mengganti media baru yang lebih porous, lalu potong bagian akar yang busuk dan oleskan fungisida pada bekas potongan. Bisa juga dengan menyemprotkan fungisida Previcur N dosis 1 ml/l dengan frekuensi 2 minggu sekali.

2. Layu Fusarium
Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusuk. Penyababnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang.Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam.

Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali.

3. Layu Bakteri
Dari namanya tentu dapat diketahui bahwa penyakit tanaman disebabkan oleh bakteri. Layu bakteri ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap. Untuk mencegahnya, media tanam harus tetap dijaga agar tidak terlalu basah dan lingkungan sekitar tidak terlalui lembap.
Atasi layu fusarium dengan menyemprotkan bakterisida Agrept dosis 1-2 ml/l atau Starner dosis 1 g/l setiap 2 minggu sekali.

4. Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan. Sesuai namanya, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak daun yang lama kelamaan akan membusuk. Bercak daun ini dapat diatasi dengan langsung memotong daun yang busuk. Dapat juga menyemprotkan fungisida folicur 25 WP dosis 1-2 g/l atau folicur 250 EC dosis 1-2 ml/l. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan Score dosis 1 cc/l.
Frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali. Pupuk berkadar kalsium tinggi juga dapat membantu mengatasi penyakit ini.

V I R U S
Adanya virus pada aglaonema ditandai dengan daun yang berlubang menjadi kekuningan atau menjadi keriting. Perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun. Tanaman yang terjangkit virus tidak dapat ditanggulangi. Perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif. Virus dapat menyebar dengan bantuan vektor seperti hama pengisap cairan tanaman dan penggunaan alat potong yang tidak steril.

KELAINAN FISIOLOGIS
Gejala fisiologis disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, defisiensi hara, air, dan tingkat keasaman. Sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan daun mengering dan layu. Bercak coklat akan timbul bila daun yang tidak berklorofil terbakar sinar matahari.

Sumber cahaya yang tidak merata dan posisi tanaman yang tidak pernah diputar menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi miring. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan warna daun pada aglaonema menjadi memucat. Selain itu, kelebihan air dapat menyebabkan daun menguning.

Disamping gejala-gejala tersebut, pernahkah Anda melihat daun aglaonema menjadi kecil dan kerdil? Hal itu bisa disebabkan oleh defisiensi hara, media yang sudah lama tidak diganti, atau aglaonema tidak cocok dengan ketinggian tempat.(sumber duniaflora.com)